Published on O2 Desember 2012
Sulhan-Gallery
Buat para suami baca ya….. istri &
calon istri juga boleh…
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun.
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun.
Mereka
dikarunia 4 orang anak disinilah awal
cobaan menerpa, setelah istrinya
melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu
terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah
bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan,
membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak
merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat
istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib
dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia alami
seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa
memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak
Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2 mereka sudah dewasa
tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak
suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena
setelah anak mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2 dan Pak
Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu semua
anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……. …bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata ” Pak kami ingin sekali merawat ibu semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……. …bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya “sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama
sekali tidak diduga anak2 mereka.
“Anak2ku…. ….. Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah….. .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
“Anak2ku…. ….. Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah….. .tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak kerongkongannya tersekat,… kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak
suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh di pelupuk mata ibu Suyatno..
dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.. Sampailah
akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi
nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2..disaat
itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio kebanyakan kaum
perempuan pun tidak sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno bercerita.
*”Jika manusia didunia ini
mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi
(memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih
istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan
sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..
Sekarang dia sakit karena berkorban
untuk cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat
memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya
mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,”
Bahagianya Orang Ikhlas
Berpikirlah terus, bagaimana caranya
agar amal kita diterima Allah. Tidak usah mengharap balas jasa, pujian, atau
keuntungan sesaat. “Ketahuilah, hari ini adalah hari Allah. Tidak boleh ada
kesombongan dan sikap melampaui batas. Ikhlaskan niat kalian untuk berjihad dan
carilah ridha Allah dengan amal kalian“.
Inilah yang disampaikan Khalid bin Walid di hadapan komandan pasukannya menjelang Perang Yarmuk.
Tak lama kemudian, datanglah utusan Khalifah membawa sepucuk surat untuk Khalid bin Walid. “Pedang Allah” ini segera membacanya. Di dalamnya tercantum beberapa hal, termasuk berita wafatnya Khalifah Abu Bakar dan dan beralihnya kendali kekhalifahan ke tangan Umar bin Khathab. Yang terpenting, Khalifah Umar mencopot jabatan panglima perang yang disandang Khalid bin Walid, dan mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai penggantinya.
Inilah yang disampaikan Khalid bin Walid di hadapan komandan pasukannya menjelang Perang Yarmuk.
Tak lama kemudian, datanglah utusan Khalifah membawa sepucuk surat untuk Khalid bin Walid. “Pedang Allah” ini segera membacanya. Di dalamnya tercantum beberapa hal, termasuk berita wafatnya Khalifah Abu Bakar dan dan beralihnya kendali kekhalifahan ke tangan Umar bin Khathab. Yang terpenting, Khalifah Umar mencopot jabatan panglima perang yang disandang Khalid bin Walid, dan mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai penggantinya.
Bagaimana sikap Khalid? Ia menerima
pemberhentian tersebut dengan sikap ksatria. Tidak sedikit pun kekecewaan dan
emosi terpancar dari wajahnya. “Aku tidak berperang untuk Umar. Aku berperang
untuk Tuhannya Umar,” demikian ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar